Sabtu, 24 Maret 2012

Australia: Keamanan Samudera Hindia Harus Diawasi

JAKARTA - Sekretaris Kementerian Pertahanan Australia Duncan Lewis mendesak agar keamanan Samudera Hindia agar lebih di awasi seperti halnya negara-negara Asia mengamankan Samudra Pasifik.

"Ada perbedaan yang mencolok antara Samudera Hindia dengan Pasifik. Samudera Hindia tak punya arsitektur keamanan meski menjadi rumah bagi banyak negara. Samudera hindia yang aman pada dasarnya akan menjadi suatu hal yang penting dalam menciptakan kemakmuran. Saya ingin Hindia seperti Pasifik," ujar Lewis, di Jakarta International Defence Dialogue (JIDD), Kamis (22/3/2012). 

Lewis menjelaskan bahwa ada semacam Buku Putih yang menyebutkan, Samudera Hindia adalah jalur distribusi energi dari Timur Tengah menuju Asia. Selain itu, banyak pula kejahatan-kejahatan yang muncul di wilayah tersebut.

"Pembajakan di (Samudera) Hindia atau Pasifik adalah masalah keamanan laut dan perlu ada upaya kolaboratif yang dilakukan. Terorisme, penyelundupan senjata, prbajakan juga tampak makin modern dan makin kompleks. Pembajakan muncul karena disintegrasi sosial, penegakan hukum yang lemah, kemiskinan dan masalah lainnya," imbuhnya.

Perwakilan Jepang, Kazuo Sunaga juga setuju bahwa arsitektur keamanan maritim merupakan suatu hal yang perlu dibangun. Sulit bagi satu negara untuk mengamankan wilayah maritimnya sendiri.
(faj)

Korsel Perluas Jangkauan Misil Balistik


SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Myung Bak berniat untuk menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat (AS) guna memperluas jangkauan misil balistiknya. Hal itu dilakukan Korsel untuk mewaspadai serangan dari Korea Utara (Korut).

Kedua mitra itu tampak mencoba mengamandemen perjanjiannya pada 2001 yang melarang Seoul mengembangkan teknologi misil yang sanggup menjangkau target sejauh 300 kilometer. Sebagai gantinya, AS menempatkan 28.500 pasukannya di Korsel untuk mewaspadai adanya peperangan antara Korsel dan Korut.

"Misil yang dapat menggempur target sejauh 300 kilometer hanya sanggup menjangkau wilayah di depan Korut. Kapabilitas kami untuk melakukan serangan menjadi sangat terbatas," ujar Lee, seperti dikutip AFP, Kamis (22/3/2012).

"AS melihat argumen kami sebagai suatu argumen yang masuk akan, saya yakin, perjanjian ini akan disetujui secepatnya," imbuhnya.

Lee menjelaskan bahwa misil Korut terbukti sanggup menyerang Pulau Jeju yang merupakan wilayah Korsel. Korsel pun membutuhkan pembaharuan yang realistis terhadap misil-misilnya.

Korut tampak mulai menerima kecaman dari sejumlah negara-negara di dunia ini karena negeri komunis itu akan meluncurkan satelitnya yang dilengkapi roket jarak jauh. Sejumlah negara Asia pun marah, begitu pula AS. AS pun berniat untuk menghentikan bantuan ke Korut karena, peluncuran satelit itu merupakan hal yang dilarang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)(AUL)

Flu Babi Tewaskan 12 Warga India

NEW DELHI - Kementerian Kesehatan India melaporkan sebanyak 12 orang tewas di India akibat wabah flu babi sejak awal Maret lalu.

Sebanyak enam korban flu babi yang tewas umumnya berasal dari wilayah barat India, Negara Bagian Maharashtra, Rajasthan, Andhra Pradesh, dan Karnataka. Sementara itu enam lainnya berasal dari Kota Pune dan beberapa wilayah lain.

Hingga saat ini, 130 warga dikabarkan sudah terjangkit virus tersebut. Banyak warga korban flu babi India yang dirawat di rumah sakit.

"Kementerian Kesehatan India mengawasi situasi merebaknya flu babi ini, jadi para warga tidak perlu khawatir. beberapa negara bagian juga sudah disarankan agar menggunakan peralatan canggih guna mengontrol penyebaran virus ini," ujar Menteri Kesehatan India PK Pradhan, seperti dikutip BBC, Jumat (23/3/2012).

"Tidak perlu panik, para pasien baru selalu dibawa ke rumah sakit setiap harinya," imbuhnya.

Flu babi sudah menewaskan banyak warga di Negeri Bollywood itu sejak 2009 lalu. Sebanyak 450 orang tewas. Lebih dari 13 ribu warga juga terinfeksi virus tersebut.

Sejauh ini, flu babi juga sudah membunuh 1.200 orang di dunia. Virus itu mulai tersebar ke penjuru dunia pada April 2009.(AUL)

Chandro Tomar, Penembak Jitu Tertua di Dunia

UTTAR PRADESH - Chandro Tomar, perempuan berusia 78 tahun tampil sebagai seorang nenek yang berbeda dari nenek lainnya. Tomar diyakini menjadi penembak jitu perempuan tertua di dunia.

Tomar sudah memenangkan 25 kejuaraan menembak skala nasional di India, meski dirinya adalah seorang ibu dari enam anak dan nenek dari 15 cucu. Keunggulan Tomar dalam menembak juga membuatnya berhasil mengalahkan seorang pejabat kepolisian di India.

"Saya ingin melakukan suatu hal yang berguna dalam hidup saya, dan menunjukkan kemampuan saya di depan banyak orang. Saat saya menembakkan pistol pertama saya, saya terkekut dan saat ini, saya sudah menunjukkan banyak orang bahwa usia tidak menjadi halangan bagi setiap orang untuk melakukan hal apapun," ujar Tomar, seperti dikutip Daily Mail, Jumat (23/3/2012).

Hampir 10 tahun yang lalu, Tomar mengajak cucunya ke lapangan tembak yang terletak di Desa Johri, Uttar Pradesh. Tomar ingin mempelajari teknik menembak yang baru namun Tomar malu untuk pergi seorang diri ke lapangan tembak.

Perempuan berusia 78 itu langsung disambut oleh sekelompok penembak yang ada di lapangan tembak itu.

"Seorang pelatih melihat saya dan kagum atas kemampuan saya dalam hal membidik. Dia pun mengajak saya untuk kembali berlatih di lapangan tembak itu dan saya pun tertarik," imbuhnya.

Pelatih dari regu tembak tersebut, Farooq Pathan, mengatakan, dirinya cukup terkejut ketika melihat Tomar. Pathan menyebut Tomar sebagai seorang penembak dengan kemampuan yang tinggi, tangan yang sigap, dan memiliki penglihatan yang tajam.

Putri Tomar, Seema, juga merupakan seorang perempuan yang sempat mendapatkan medali Juara Dunia Menembak. Seema sanggup menembak dengan senapan serbu dan juga pistol.(AUL)

Merah Tidak Terkait dengan Al Qaeda

PARIS - Petugas penyidik Prancis mengatakan, pihaknya tidak menemukan bukti bahwa pelaku penembakan tujuh orang di Toulouse, Prancis, Mohammed Merah memiliki kaitan dengan kelompok militan Al Qaeda.

"Meskipun Merah mengklaim dirinya memiliki hubungan dengan Al Qaeda, namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa dia telah dilatih atau melakukan kontak dengan kelompok militan atau kelompok jihad tertentu," ujar salah seorang pejabat senior Prancis seperti dikutip Associated Press Sabtu, (24/3/2012).

Pejabat senior itu membenarkan bahwa Merah sempat melakukan perjalanan ke Afghanistan pada 2010 dan Pakistan namun pemuda berusia 23 tahun itu tidak melakukan kontak dengan kelompok militan tertentu.

"Mungkin dia menyatakan dirinya terlibat dengan Al Qaeda karena kelompok militan itu sudah memiliki reputasi, karena sama sekaki tidak ada bukti yang memungkinkan kita untuk meyakini bahwa serangan yang dilakukannya adalah perintah dari Al Qaeda," tegasnya.

Perdana Menteri Prancis Francois Fillon dan sejumlah pejabat tinggi lainnya juga telah menangkis tudingan yang menyebutkan bahwa satuan anti-teror gagal mengantisipasi serangan yang dilakukan oleh pria keturunan Aljazair itu.

"Selama berada di bawah pengawasan sejak tahun lalu, Merah tidak pernah terlihat memiliki keterkaitan dengan salah satu kelompok radikal. Dia juga diketahui kerap mengunjungi klab malam bukan masjid," pejabat tersebut.

Kepala Badan Intelijen Prancis Ange Mancini mengatakan, sekolah Yahudi bukanlah target Merah yang sesungguhnya.

"Bukan sekolah yang ingin dia serang. Sasarannya adalah seorang tentara Prancis, namun dia kehilangan targetnya dan melepaskan tembakan di sekolah Yahudi itu karena kebetulan lokasinya berdekatan," ujar Ange Mancini.

Pernyataan ini bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang menyebutkan, aksi Merah itu ditujukan sebagai pembalasan atas kematian anak-anak Palestina serta untuk memprotes keterlibatan Prancis dalam perang di Afghanistan.

Sejumlah politisi, warga dan media Prancis juga mempertanyakan mengapa pemerintah tidak menghentikan Merah sebelum dia menjalankan aksinya.

"Kita perlu mengajukan pertanyaan terhadap kegagalan pemerintah dalam memantau kegiatan teroris," ujar kandidat Presiden Prancis dari kelompok Sosialis Francois Hollande.(rhs)

Alasan Keamanan, KPU Myanmar Tunda Pemilu di 3 Daerah

YANGON - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Myanmar mengumumkan pemungutan suara di tiga daerah di negara bagian Kachin, Myanmar utara akan ditunda menyusul kondisi keamanan yang tidak kondusif.

"Pemilihan umum di tiga daerah di negara bagian Kachin telah ditunda karena alasan keamanan yang tidak kondusif untuk melaksanakan pemilihan umum yang bebas dan adil," ujar Komisi Pemilihan Umum Myanmar dalam pengumumannya yang disiarkan oleh televisi setempat seperti dikutip Associated Press Sabtu, (24/3/2012).

Negara bagian Kachin selama ini telah dihadapkan pada sejumlah kasus bentrokan antara pasukan pemerintah dan pemberontak etnis Kachin yang menuntut otonomi atas kawasan itu. Pertempuran sporadis antara kedua pihak juga dilaporkan meningkat sejak akhir 2011.

Amerika Serikat (AS) yang terus memantau pemungutan suara di Myanmar ini telah mengungkapkan kekhawatirannya terkait dengan kekerasan yang terjadi di Kachin.

"Kami khawatir atas kekerasan yang terjadi di Kachin. Namun kami mencoba memahami Pemerintah Myanmar yang tidak ingin kekerasan membuat masyarakat Kachin kehilangan hak mereka," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland.

Namun juru bicara Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Nyan Win menganggap penundaan pemungutan suara oleh KPU itu mengejutkan dan mengecewakan. Menurut Nyan Win dua dari tiga daerah yang mengalami penundaan yakni Mogaung dan Bamaw diharapkan dapat menyumbangkan jumlah suara yang besar bagi kemenangan tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi.

"Saya tidak melihat ancaman keamanan apapun di daerah itu karena Saya telah berkunjung ke sana," ujar juru bicara NLD Nyan Win.

Aung San Suu Kyi yang mengincar kursi di parlemen ini sebelumnya sempat mengutarakan kekhawatirannya terkait akan adanya praktek kecurangan pemilu pada April mendatang.

"Saya khawatir dengan banyaknya penyimpangan dalam pendataan daftar pemilih. Tetapi Presiden Thein Sein tetap menunjukan komitmennya untuk melakukan reformasi," ujar Suu Kyi.

Pemilu parlemen Myanmar pada 1 April mendatang mendapat perhatian khusus dari AS dan Uni Eropa. Jika pemilu berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan maka AS dan Uni Eropa mengatakan, pihaknya akan mencabut sanksi atas Myanmar.(rhs)

Rekaman Pengeboman KBRI Paris Diserahkan ke Polisi Prancis

JAKARTA - Anggota Komisi I Roy Suryo mengatakan, CCTV merekam peristiwa ledakan bom di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris beberapa hari yang lalu. Namun karena ledakan itu terjadi di luar KBRI, rekaman itu diserahkan kembali ke Polisi Prancis.

"Memang ada rekaman cctv peristiwa ledakan bom itu, tapi karena ledakan itu terjadi di luar KBRI, rekaman itu diserahkan kepada kepolisian Prancis untuk diselidiki. Kalau memang ledakan bom itu muncul di dalam KBRI, kita bisa meminta rekaman itu, saya berharap rekaman itu bisa dirilis di sini tapi kita juga harus menghormati yurisdiksi Prancis," ujar Roy Suryo saat dihubungi oleh okezone, Kamis (22/3/2012).

Roy menjelaskan, ledakan bom itu terjadi di sebuah jalan kecil di depan kantor KBRI. Pada awalnya, ada orang yang meletakkan tas di depan kantor KBRI namun mencurigakan. Petugas KBRI pun datang dan melihat tas itu, ketika dilihat tas itu berisi kabel. Polisi pun dipanggil untuk memeriksa tas tersebut dan pada saat itu meledak.

Anggota Komisi I itu berharap, Prancis menggelar penyelidikan yang menyeluruh terkait ledakan bom di depan kantor KBRI karena Indonesia mengkhawatirkan terulangnya tragedi bom pada 2004 silam yang melukai 10 orang di tempat yang sama.

"Motif pelaku bom itu sama dengan yang terjadi pada 2004, saya pun mendesak KBRI agar terus meng-update kasus ini. Saya sempat ngobrol dengan pak Dubes dan wakilnya dan pembicaraan saya cukup mendetil. Kasus ini juga harus ditindaklanjuti agar insiden bom tahun 2004 tidak terulang," imbuhnya.

Hingga saat ini, Roy mengaku dirinya belum mendapatkan informasi tentang siapakah pelaku bom tersebut. Roy juga menegaskan agar tidak melontarkan dugaan cepat mengenai siapakah tersangka bom tersebut.

Ketika ditanya apakah serangan bom itu berhubungan dengan hubungan bilateral Prancis dan Indonesia, Roy menjawab, kemungkinan besar pelaku mencoba untuk memperburuk hubungan Indonesia dan Prancis.

"Kalau saya lihat, Indonesia dekat dengan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Hubungan kita bagus sekali, banyak Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang belajar di Paris, mungkin pelaku ingin mengganggu kedekatan hubungan Indonesia dan Prancis. Namun, saya ingatkan juga, jangan terlalu jauh menganalisa identitas pelaku," tegasnya.(AUL)